• LinkedIn
  • Join Us on Google Plus!
  • Subcribe to Our RSS Feed

Rabu, 25 Maret 2009

IUFD ???

04.11 // by Unknown // // 2 comments

25 maret 09
hmm mau libur sehari perasaan gue happy... kasian banget gak pernah libur aja ya!
hari ini pasien nya aneh - aneh. kenapa gue bilang gitu ada satu orang latah berat, banget sampe ga bisa di pegang perutnya karena terus terusan ngomong dan ketawa. trus ada yang stess aja udah jalan 5 bulan belum pernah periksa dengan alasan keadaannya baik baik ajah. aduhhhhhh capek kan n ternyata gak kedengeran bunyi jantung bayinya. akhirnya gue paksa ajah USG. karena poenasaran akhirnya gue yang USG kata Dokternya bener diagnosa gue IUFD ni bayi udah meninggal di dalemnya udah lebih dari 3 mingguan lah. coz udah kecil banget. apalagi ngeliat ibunya yang kurus.
mau gimana lagi jumalh pasien hari ini juga melonjak tinggi. tapi bisa di handlle lah.
gimana mau sehat wong ibunya ajah nggak ngeh sama bayinya
hidup apa mati? heran gue ama orang ini.

Jumat, 20 Maret 2009

abortus dan semua kontroversi

07.28 // by Unknown // // 2 comments

Abortus dan semua kontroversi

Saat mendapatkan gelar ahli madya kebidanan seharusnya mulai dari itulah aku mulai belajar menyadari bahwa seorang wanita sangat berperan dalam menetukan hidup matinya sebuah nyawa. Mengapa demikian?
Dari hal yang memulai suatu adanya konsepsi (pertemuan antara sperma dan ovum) dan proses kehamilan. Dari konsepsi, wanita dapat mengatakan ya atau tidak pada saat terjadinya suatu koitus (hubungan bersenggama) pada saat ini keputusan yang berlandaskan cinta atau realita sangat penting disaat wanita itu memutuskan. Tapi kebayakan cinta mengalahkan realita. Dan pada akhirnya ada keputusan lain yang harus diambil wanita yaitu....
Proses Pembuahan (menempelnya hasil konsepsi di rahim). Wanita mulai memikirkan kapan terakhir dia haid, mulai sibuk membeli tes HCG di apotik dan membuktikan bahwa mereka hamil/ tidak. Wanita yang berfikir keras, bagaimana tidak, dia sibuk membeli berbagai jamu dengan varian rasa yang sangat tidak mengenakan di lidah maupun di rahimnya yang dapat mengakibatkan kontraksi/ mules yang berlebihan. Ada 2 kemungkinan yang akan terjadi yaitu sang bakal janin akan keluar karena kontraksi yang disebabkan zat kimia merangsang otot otot rahim yang menyebabkan peluruhan pada dinding rahim sehingga akan terjadi perdarahan hebat seperti halnya haid, kemungkinan ke dua sang bakal janin akan tetap hidup dengan banyak kerusakan jaringan yang akan menyebabkan kelainan kromosom yang akan berakibat tidak sempurnanya alat tubuh di kemudian hari.
Wanita akan mulai mengajak sang kekasih hati ke rumah sakit ataupun tempat lain yang dipercaya akan membantu problem mereka, pada saat ini seharusnya hati wanita yang dikenal baik hati, lebih mengutamakan perasaan daripada akal akan mulai berpikir : baikkah perbuatanku ini, dosakah aku membunuh darah dagingku sendiri, dan di lain pihak ada yang berkata malu sekali orang tuaku mempunyai cucu tanpa menikah, aku akan diusir jika mereka tahu tentang ini,dan lainnya.
Sekali lagi wanita yang bertanggung jawab atas rahimnya. Dimanakah lelaki sang pelindung mereka???
Kebetulan yang di temui adalah dokter umum yang mengetahui proses kelahiran (semua tenaga medis mengetahui bahwa kelahiran adalah hal yang fisiologis) artinya semua makhluk hidup akan melahirkan dengan atau tanpa bantuan orang lain secara normal. Tetapi apabila disengaja dikeluarkan itu perkara lain, bakal janin yang berusia kurang dari 8 minggu masih berupa gumpalan darah sebesar ati ayam, biasanya wanita akan bersikeras mengeluarkan sang bakal janin dari perutnya walaupun merogah banyak rupiah,
Aborsi, pilihan kebanyakan remaja dan dewasa putri kita, Tidak dapat dipungkiri di negara yang mayoritas menjunjung nilai timur sudah mulai kebarat-baratan.
Sekali lagi wanita memang menjadi penentu keputusan, tapi kebanyakan dari mereka tidak dapat memilih, kalau dari awal mereka mengambil keputusan yang benar mungkin aborsi bukan suatu pilihan, atau mungkin apabila mereka mengubah keputusan mereka di tengah perjalanan mereka ke tempat aborsi di urungkan, mungkin sang bakal janin akan mendapatkan hal yang sama dengan yang lainnya untuk hidup di dunia yang fana ini sama seperti janin yang lainnya, bukan berapa di kantong plaastik hitam yang di buangn di tempat sampah, atau di masukkan di lubang 4x4 meter bersama puluhan darah lainnya. Wanita yang tega mengambil keputusan itu tak akan mendapatkan mimpi indah di tidurnya selama bertahun-tahun dan mungkin separuh hidupnya akan menjadi pembohong, melupakan anak pertamanya, melupakan kejahatan yang tidak terhapuskan dari TUHAN.
Wanita, tugas anda sangat berat dalam menentukan keputusan. Jangan salah langkah supaya tidak masuk ke dalam jurang PENYESALAN

Senin, 16 Maret 2009

Journey 1

05.13 // by Unknown // // No comments


Journey to bekasi ,kampung melayu dan kampung rambutan

Hmmm hari ini baru aku rasakan betapa sengsaranya orang yang demi hidupnya dan keluarganya harus rela ada di jalan raya di siang hari yang tidak ramah. Hari ini senin 16 Maret aku berangkat keluar rumah pukul 9.00. Keadaan matahari tidak begitu terik. Hmm cukup bersahabat dengan suasana hatiku yang berencana ingin membawa lamaran ke beberapa rumah sakit di daerah bekasi yang ingin aku kunjungi.

09.15
Aku berdua dengan sepupuku yang berbaik hati mengantarku, tujuan pertama ke pekayon ke rumah sakit ibu dan anak (A***)kami menggunakan angkot KO2 (kendaraan berwarna kemerahan) yang mengantarkan tidak lebih dari 5 orang penumpang siang itu.

09.30
Setelah masuk dan berbincang sejenak dan menaruh lamranku disana kami kembali menaiki angkot yang sama menuju bekasi tepanya ke BCP(bekasi cyber Park) menyebrang sampai ke kali malang, berhubung menurut sepupuku itu lokasi ke 2 itu dekat, kami berjalan kaki menuju rumah sakit G*****. Untungnya aku tak lupa membawa payung, Bekasi yang sudah jarang pepohonan dan banyak sekali polusi membuat udara yang kotor itu bertambah panas, tidak menyenangkan berjalan kaki di trotoar yang tidak lagi diperuntukan bagi pejalan kaki, harus mengalah melihat di sana sudah tertata rapi beberapa pedagang asongan dan gorengan.

10.00
Perjuangan memasuki rumah sakit yang tinggi itu membuat kami haus dan sedikit pusing,(Itu aku) karena tidak terbiasa dengan berjalan kaki yang begitu panjang dan panas membuat kepalaku cenut-cenut(Pusing), kami melanjutkan menaiki angkot tercinta kali ini tujuan ke kampung melayu.

11.00
Bukan karena macet, melainkan banyak kebiasaan si mpunya mobil yang menunggu dengan setia para penumpangnya di setiap tikunganlah yang membuat perjalanan terasa panjang dan lama ditambah udara yang panas membuat keringatku mulai membasahi kemejaku.
Sebagai informasi saja, pakaianku ku sesuaikan dengan baik, jadi agak panas di badan, kemeja plus blazer dan jelana bahan coklat, dengan sepatu pantofel. Sopan dan sesuai peruntukannya.

11.15
Terminal Kampung melayu, memang bisa dikatakan pusat bertemunya semua orang, terbukti banyak terlihat sampah yang berserakan dan bau tak sedap hasil karya pembuangan sisa ekresi dari bapak-bapak supir yang menjadi langganan mengeluarkan sisa eliminasi mereka disana.
Himbauan apa lagi yang harus dilakukan agar warga jakarta ‘ngeh sama kesehatan diri mereka sendiri. Dari kampung melayu kami naik angkot 26, sekitar 1 menit kami sampai di rumah sakit yang diperuntukan bagi ibu dan anak itu.
Tidak berlama-lama kami disana, karena waktu sudah menunjukan pukul 12.00, matahari sedang asyik ada di kepala, panas yang menyengat dan banyak bau tidak sedap dari beberapa bapak tukang parkir yang setia menunggu mobil yang bukan miliknya dan berharap sekedar lembaran uang 1000 atas jasanya.
Kami mengarah kembali kekampung melayu, hemat tenaga kami jalan kembali, karena apabila naik angkot akan berputar jauh dan butuh waktu lebih lama. Terpaksa mengeluarkan payung dan berjalan kembali melawan arus dan melawan angin panas di tambah debu yang beterbangan dan tidak sopan mengenai wajahku.

12.20
Untungnya sepupuku menyarankan naik bus way. Senangnya tidak harus berdesak-desakan dan menikmati semeriwing angin AC bukan sekedar AC(angin cepoi-cepoi). Dengan mengeluarkan 3000 rupiah kami duduk dan mengistirahatkan kaki yang pegal dan kepala yang terkena panas jakarta. Kali ini aku mendukung pemerintah yang setidaknya memikirkan nasib aku dan sepuppuku, bagaimana tidak, jika belum ada bus way, mungkin aku sudah pingsang di terminal itu.

13.00
Suasana tidak terasa panas dan menyenangkan serta nyaman di dalam kendaraan yanng masih menjadi perbincangan di kalangan warga jakarta, tidak terasa kami sudah berada di terminal kampung rambutan, kami menaiki angkot kecil 121 arah cilengsi cibubur. Tujuan kami selanjutnya ke cibubur, daerah wisata yang banyak perumahan yang mayoritas diperuntukan bagi penaranakan (bukan pribumi). Ada 2 rumah sakit yang menjadi tujuan kami, dan jaraknya cukup dekat sekitar 2 meteran.

13.15
Kami makan dulu, suasana panas dan pegal membuat lapar, kebetulan memang sudah waktunya diisi, kami makan di tempat makan bakmi J****, tempat makan yang diperuntukan bagi keluarga. Setelah cukup terisi kami berpisah di sana, karena sesupuku tinggal di daerah kampung rambutan dan aku ke arah komsen, dekat perumahanku. Kami berpisah dan aku melanjutkan perjalanan menggunakan angkot 44, angkot yang trayeknya cukup jauh menurutkku.

14.40
Akhirnya sampai komsen dan aku harus sekali lagi naik angkot kesayangan k02 dan sampai di perumahan duta indah, naik becak –tau ga ya kendaraan ini sudah cukup jarang- (kendaraan yang di kayuh bapak-bapak) sapai ke depan rumah tercinta

15.00
Hmmmm..... akhirnya sampai di rumah dan minum 2 gelas air putih untuk menetralisir pening kepalaku. Dan ku buka laptop dan menulis cerita ini.
Bersyukur, untuk hari ini belajar banyak:
1. Mencintai TuhanKu, karena masih di berikan pelajaran yang menambah ilmu untuk dunia akheratku
2. Lebih mencintai orang tuaku, karena mereka aku sekolah dan berpendidikan
3. Mencintai mereka lebih banyak, karena mereka aku hidup lebih baik daripada semua orang yang kutemui sedang berpanas-panasan di jalan raya

4. Mencintai diriku,karena masih bisa bersyukur dan menjadi termotivasi lebih baik untuk hari esok, dan semoga suatu hari aku bisa membantu orang-orang itu dengan ilmu dan baktiku
5. Bahwa satu hal, langkah kaki hari ini telah mengajarkan banyak pelajaran, tetapi hanya bisa di pelajari apbila bisa melihat dan mencermati pelajaran itu.
6. Semoga kalian belajar , sama dengan aku

Minggu, 15 Maret 2009

second

05.51 // by Unknown // // No comments

POSESIFNYA PACARKU


"ya, aku ke sana , hari ini aku harus ke redaksi dulu, ada meeting." Kataku pada Revan.
"Ooo, ya udah kita ga usah ketemuan di PIM. Aku mau pulang aja. Ke redaksi aja seharian. Bilang aja kamu ketemu si Rio khan. Ya udah sana." Terdengar suara Revan membanting telepon genggamnya.
Tak heran aku mendengar perkataannya, sifatnya cukup keras kepala kadang membuatku lelah menghadapinya setiap hari, tapi itu sudah resiko ketika aku mengatakan bersedia menjadi pacarnya. Namaku Alveoli, veo aja panggilannya, aku part time di sebuah majalah remaja dan masih meneruskan kuliah ku di salah satu universitas swasta. Rio adalah orang yamg pernah ada dalam hidupku dulu. Dia adalah mantan ter-the best. Aku juga heran kenapa aku bisa putus dengannya. Sementara dengan Revan, aku baru mengenalnya kira-kira 1 tahun yang lalu. Perkenalan kami dipermulus oleh orang tua kami.

¢¢¢
"Hai, Vi!Baru datang ?" Rio mencegatku ketika masuk lift. " U're so sexy today. Nice dress!" Katanya memuji kemeja polos putihku plus jeans belel favoritku.
Bagaimana seorang cewek gak tergoda mendengar pujian dari cowok sekeren itu. Memang takdir atau apa yang bisa menarik Rio untuk balik lagi ke Jakarta, setelah lama di luar negri untuk mendapatkan gelar S2 nya. Dan dia memilih untuk gawe di tempatku sekarang.
"Hai.. Udah lama?"kataku grogi sambil menunduk.. aku salting. Sudah lama tak se-nervous ini ketika berhadapan dengannya, apalagi di lift yang sempit ini, hanya ada kami berdua. Rio mendekatiku, Mendorongku pelan, Aku mundur sampai tak ada ruang kosong, Mata kami ber-adu, dan yang tak aku harapkan terjadi. Dia mencium lembut bibirku. Dan bodohnya, aku tak kuasa menolaknya. Aku menikmatinya.
"Rio.. Sorry!" Akhirnya aku menunduk, Akalku sudah mulai naik kepermukaan
"Love you.." Tangannya memegang wajahku. Tak kuasa ku mencegahnya untuk menciumku.
'Bip..bip..' Hpku berbunyi. "ha..loo!" Aku berusaha menjawab sewajar mungkin
"Kenapa? Kok suaranya aneh gitu.." Ternyata suara Revan "ah, Kamu van. Aku udah mau meeting. Nanti aku telpon balik deh. Udah dulu ya!"
¢¢¢
Suasana hatiku kacau setelah kejadian di lift pagi ini, meeting berjalan lancar tapi sekarang aku tak bisa berlama-lama menatap Rio. Tapi sepertinya aku akan mendapat masalah lagi karena project baruku harus survei tempat dengannya di daerah puncak.
"Gimana Vio, kamu bisa hari sabtu?" Pak Irwan, manajerku membangunkan ku dari lamunanku.
"Oh..ya Pak!" Kataku kaget
"Ya sudah kalian diskusikan dulu saja berdua, saya permisi dulu" Pak Irwan meninggalkan kami berdua. Suasana kaku kembali terjadi.
"Vio, aku gak menyesal dengan apa yang terjadi tadi." Rio memulai pembicaraan.
Aku tak berkomentar, pura-pura sibuk dengan kertas di atas mejaku. "eh,kenapa?"
"Rasanya masih sama saat pertama kali kita .."
"Pak" Aku memotong pembicaraan "Tolong kita selesaikan ini dulu, masalah pribadi dibicarakan nanti."
Lega rasanya akhirnya kami bicarakan project, bukan masalah yang membuat hatiku deg-degan.
¢¢¢
"Hai, vio. Udah selesai gawenya?" Aku agak kaget ternyata Revan sudah menunggu di ruang bawah "yuk, pulang!"
"Eh, tumben nih. Ada angin apa?" Kataku heran dengan inisiatifnya menjemputku.
"Ya udah hari sabtu ya Vio!" Tangan Rio memeluk pinggangku sambil berlalu pergi.
"Yuk pulang!" Aku mengajak Revan turun dan masuk mobil. Selama perjalanan pulang aku menghindari pembicaraan, takut aku harus berbohong. Karena mataku jarang berbohong.
"Ada apa hari sabtu?" Revan penasaran "janjian?hayo ngaku?"
"itu survei buat proyek baru. Kebetulan aku yang tahu programnya. Gitu loh hunny bunny!"
'bip..bip' sms di hpku. Kulihat nama Rio
"Siapa?" Pandangan Revan penuh selidik
"Ehm.. Rio!" kataku sambil membuka pesan "U gives me spirit today. Thanks for the things. "dia ngasih tahu jam berangkat hon!" kataku sebelum Revan nanya-nanya

¢¢¢

Sebenarnya Revan tidak mengizinkan aku pergi untuk survei tapi karena aku bujuk, akhirnya dia ngalah dengan syarat tiap jam harus ada laporan aku ada dimana, dan sedang apa. Katanya untuk menghindarkan kesempatan.
"Rio, mba Nevi kayaknya ga terlalu cocok dengan tempat ini deh." Aku menelusuri ruang Rapat dengan mayoritas warna putih itu
"Vi, tau gak kenapa aku gak pernah ganggu kamu 1 tahun belakang ini?" Rio duduk sambil memegang teh manis kesukaannya "Aku janji sama Rivan, aku akan usaha untuk melupakan kamu selama 1 tahun agar kamu bisa dekat dengan Rivan, supaya adil bersaing denganku."
"Maksud kamu?"
"Aku masih mencintai kamu. Bodohnya aku, terlambat sadar betapa berartinya kamu di hidup aku waktu kamu ga ada di dekat aku." Kami duduk berhadapan
"Udahlah Rio, aku khan udah mulai nyaman dengan Revan, pliss jangan ganggu aku."
"Aku langsung balik, waktu udah selesai di sana, waktu aku pulang aku masih berharap kamu akan nunggu aku. Tapi, ternyata kamu baru aja kenal sama revan. Aku marah. Aku mendatangi cowok itu."
"kamu..?"
"iya. Kamu kenal aku. Aku minta kamu dari dia." Rio mengingat kejadian 1 tahun lalu "Dia setuju untuk bersaing dengan ku. Tapi dia ingin kesempatan yang sama seperti waktu yang sama telah aku habiskan denganmu. Karena itu aku tak menggubrismu 1 tahun ini. Tapi begitu 1 tahun berlalu, tepat waktu kejadian lift itu"
"Kalian mempermainkan aku?" Aku mulai marah, Aku berdiri dan pergi dari tempat itu. Tak tahu apa yang ada di kepalaku. Aku membawa mobil dengan emosi ke bilangan Jakarta Selatan. Saat ini jam menunjukkan pukul 22 malam. Aku mampir di Café di sana,
'bip..bipp'
"Dimana Vi?"suara Revan
"Bliss" kataku sambil meneguk illusion. Sudah lama aku tak mencicipi minuman ini. Agak pusing. Tak lama kemudian Revan datang, kali ini tidak dengan marah, tapi dengan muka bersalah
"Maafin aku.. tadi aku telpon Rio" revan menarik gelasku
"Hhhh..sini-in.."Aku mulai sempoyongan.
"Vi.." Revan memelukkku. "kamu tahu betapa sayang aku ke kamu."
"Bodo amat. Gak peduli." Kataku sambil meneguk satu botol minumanku yang ke 4. "U never knows me as well as Rio. U know why? He let me know how much he love me."
"I wish I could tell you the truth, I couldn't let you go" revan duduk di depanku. "Yuk.. kita Pulang"

¢¢¢
Pagi ini matahari begitu terik, sinarnya tidak sopan langsung menusuk dua bola mataku ketika jendela itu dibuka. Pening di kepalaku belum hilang begitu aku melihat sekeliling. Ruangan ini bukan kamarku.
"Aduh" Aku memegangi kepalaku, rasanya seperti mau pecah
"Makanya jangan sok tahu. Minum ampe lupa dunia begitu tadi malem" Revan memberikan minum teh madu hangat ke tangan ku. "Tadi malam mama-mu telepon, tak ingin buat beliau khawatir aku angkat telepon itu, dan bilang kamu nginap di rumahku"
"whatsssss" Aku tersentak, Seumur hidupku aku tak pernah menghabiskan waktu bermalam di rumah teman atau siapapun yang berlawanan jenis. "Truss, kata mama apa?"
"Dia sih nanya ada acara apa sampai kamu nginep? Nyariin kamu sih. Tapi aku bilang kita ada proyek bareng. Gitu.Huny!"
Bip..bip..
"ya. Hallo mom. Hmm maaf aku ga bilang kalo lagi di rumah Revan, ini sudah mau ke kantor ya! luv you" Aku mengambil tasku bersiap pergi.
"Vio.. tadi malam kamu udah bilang apa yang kamu rasa tentang aku, aku pun begitu, tapi sepertinya kamu ga sepenuhnya mencerna kata-kataku"
"Can we discuss later please! I Must go to work" aku masuk kamar mandi, berharap membersihkan sisa minuman tadi malam. " ada baju buat aku ga Re?"
"aduh aku gak pernah mengizinkan wanita lain menginap di apartemenku Vi, jadi aku ga punya baju perempuan"
¢¢¢
Lengkap sudah penderitaan ku hari ini, bangun ke kantor kesiangan, lupa akan rapat pagi ini, dan akhirnya berita mengejutkan tiba di mejaku.
"Vio, surat tuh dari….. kayaknya wesel." Amran memberikan sebuah kotak coklat. "Apa ya?" Aku heran. Ku buka kotak itu, ternyata beberapa surat penting diantaranya surat wasiat mendiang Kakek.
7-8-05
Assalamualaikum…
Anak-anak dan cucuku, kalau kalian membaca surat ini berarti sudah sampailah umurku. Inginnya aku tidak membebani kalian dengan penyakit dan masalahku, tapi apalah daya….
Ananda… Ku titipkan evan kepada kalian. Dia adalah anak sahabatku. Richard yang sudah menolongku dari hidup ini. Aku hutang nyawa padanya, sudah sepantasnyalah aku balas budi, tapi sepertinya aku tak bisa.
Ananda .. Richard adalah rivalku dalam merebut nenekmu dulu, dia mengalah demi aku. Karena itu aku berjanji padanya untuk mengikat tali persaudaraan
Untuk cucu perempuanku…
Kau menikahlah dengan nino.. itu pintaku.
Wassalamualaikum…
¢¢¢
Sepertinya gak bener nih, aku menelpon mama " Mom, ada apa yak ok tiba-tiba ada surat mendiang kakek"
"oo.. surat itu sampai padamu." Kata Mama datar "ya sudah., kau pulanglah sekarang"
Clikk..
Hp dimatikan, aku kebingungan. Langkah gontai memasuki lift untuk turun. Di lantai bawah ternyata ada Rio. Dengan cepat kuayunkan kakiku untuk segera pergi dari situ namun ada tangan yang mencegahku.
"No..mau kemana nona manizku! Jangan marah. Aku hanya melakukan perjanjian diantara laki-laki." Rio memulai percakapan "Bisa kita bicara, Vio?"
"not now. Aku mau pulang ada urusan penting." Aku berlalu meninggalkan Rio yang terdiam.
Pintu rumah mamiku di kawasan Tebet tampak ramai, seperti acara arisan keluarga, karena kulihat banyak tante dan omku di ruangan tanpa anak-anak mereka. Hati ku mulai berfirasat buruk.
"Nah ini dia pengantinnya !" Om Jery menarikku masuk ke rumah "Masuk Vio, ada yang kita mau omongin"
"ada apaan nih om, kok rame-rame" Aku duduk di sofa di apit mama, om jery dan tante Tuti serta om Simon.
"Ok, tanpa basa-basi. Vi. Kamu udah terima surat dari kakekmu kan. Itu adalah permintaan terakhirnya. Sebelum meninggal dia berpesan agar salah satu cucunya menikah dengan calon yang dia pilih. Kami keberatan karena permintaan yang aneh, tapi akhirnya dia menyerah. Dia menyerahkan kepada kami anak siapa diantara kami yang paling tertua dan setelah kami pertimbangkan akhirnya kamu yang terpilih" Om Simon menjelaskan sambil berkaca-kaca.
"Tunggu dulu, zaman bukan zaman siti nurbaya lagi, dijodohkan. Tapi aku gak mau dianggap durhaka dengan melawan orang tua. Jadi aku bersedia diperkenalkan dengan calon kakek. Dengan syarat aku yang memutuskan cocok atau tidak. Karena akulah yang akan menjalani hidup bersama" Aku menatap mama. Mama tak bisa berbuat banyak, karena walaupun dia seorang usahawan sukses tapi di depan keluarganya dia adalah anak bontot yang salah pilih jalan karena menikah dengan ayahku yang tidak direstui orangtua. Kali ini pilihan jatuh ke tanganku untuk memperbaiki nama ibuku. Aku mengerti hal ini.


Sore ini aku pergi keluar, aku ingin menenangkan diri. Ku larikan mobil ke rumah Sasa. Sahabatku. Tepatnya tong smpah semua kesedihanku sama seperti hari ini.
"hiks..gue sa.. akhirnya gue yang dapat undian itu untuk ngebayar hutang kakek gue. Coba bokap gw ada di sini ngebelain gw" kataku sambil meneguk teh hangat di kamarnya yang serba pink.
"yah.. nambah banget nih masalah lo, dan ujung-ujungnya lo harus ganggu gw. Mentang –mentang gw masuk psikologi jadi dengan seenaknya lo minta advice dari gw gratis gitu. Hehe..gak pake." -Aku koreksi kata-kataku, dia sahabatku yang penuh pamrih-
"saaaaa"rengekku "plisss kali ini kasih gw masukan apa yang harus gw lakuin"
"cari bokap lo aja"
¢¢¢
Seminggu, aku meminta cuti. Kebetulan aku liburan naik tingkat. Tanpa memberitahu semuanya kecuali Sasa. Walau bagaimanapun dia harus tahu kemana aku mencari ayahku. Sidney…. I'm coming. Sebenarnya ini kali ke-dua aku mengunjungi kota ini. Kota yang dapat membuat aku menangis. 2 tahun yang lalu ketika mengantar Rio, melepaskan kekasihku di kota ini, dan kali ini aku ingin membawa ayahku pulang. Walaupun aku tak tahu apa yang aku lakukan akan berhasil. Aku berjalan menelusuri jalan kecil, disisinya terdapat apartemen yang tersusun rapi dengan banyak tanaman di tengah kota membuat kota ini eksotik.
"hello.. can I met with Mr. Andre" aku memencet bel ragu2. Nervos juga bertemu orang yang membuat aku ada di dunia ini. –maaf terlalu berlebihan-
Pintu terbuka, ruang tamu terlihat rapi, dengan dominant warna merah (warna kesukaan Mama). Ruangan kecil itu tampak hangat dengan banyak foto kami di sepanjang dinding. Foto usia 5 tahun ku masih rapi dan bersih berjejer di samping foto ayah yang memakai jas kebesarannya dan stetoskop di tangannya.
"hallo my baby… kenapa gak beritahu ayah kamu datang, kan bisa dijemput?" ayahku datang dengan menggunakan pajama kesayangannya. "maaf ya hari ini ayah libur jadi masih bermalas-malasan."
"miss u." Aku memeluk ayahku erat " kan mau buat kejutan. Kok tambah kurus sih yah!" Aku duduk di kursi itu. Kulihat senyum bahagia di wajahnya saat aku memeluknya. Sudah lama aku tak menemuinya. Sejak mama melarangku untuk menemuinya, tapi itu waktu aku tak punya uang dan masih dibawah pengawasan mama, tidak sekarang. Aku gadis dewasa yang mandiri.
"yah. Pulang ke Jakarta mau ga? Aku menatap seorang dokter yang masa lalunya cukup pahit. 5 tahun yang lalu istrinya meninggal karena cancer, dan beliau yang mengerjakan operasinya. Yup, mamaku istri ke-2. Mama Isabel –aku menyebut istri pertama ayahku- mempersilahkan ayah menikah dengan mamaku 23 tahun yang silam. Mereka tidak di karuniai seorang anak karena kondisi mama Isabel.
"ada apa vio?something happened with you?" ayah berkerut. Wajahnya yang sudah tidak muda lagi mulai berpikir. "Ok kita pulang.. tapi ada yang perlu dibereskan dulu di sini."

Dua minggu aku habiskan menikmati kota ini, selain dengan ayahku dengan teman-temanku tentunya. Hari ini aku akan nonton dengan Muti yang kebetulan adalah sahabat Rio dan juga temanku. Sudah lama aku tak bertemu dengannya sejak dia menikah dengan pria bule -Dave-, dan memutuskan tinggal di negri asing ini. Kami janjian di depan bioskopnya. Dari kejauhan aku melihatnya, perawakan Muti terlihat lebih gemuk tapi terlihat fresh, melambaikan tangan kirinya sementara tangan kanannya memegang kopi. Ternyata iklim disini juga bisa mengganggu Muti yang sudah tinggal 8 tahun disini. Sebelum aku melambai kembali, tiba-tiba ada beberapa pria Asia menghadangnya dan mereka tampak terlibat percakapan serius.
"ada apa?" aku berjalan cepat menghampiri temanku
"kamu seharusnya tahu dimana dia? Dia pengecut. Kau tahu membuat temanku hampir mati dibuatnya!" Seorang pria bertubuh atletis terlihat marah pada Muti
"saya tidak mengerti apa yang kamu maksud, saya sudah lama tidak keep in touch dengannya. So kamu salah alamat." Muti menantang pria itu
"Rio, dia temanmu kan, aku tahu jangan bohong. Jangan kau lindungi dia" Kali ini pria lain membentak muti
"hei… sebaiknya kalian hati-hati gentleman. Watch out u'r hand. Ada apa dengan Rio" Kataku penasaran "mau apa kalian?"
"kau tahu dimana dia?" Pria atletis tadi terlihat melunak, dia melihatku, dan mengulurkan tangannya
"Sorry, gw James. Gw ada urusan sama dia. Dia ngehamilin temen gw"
"…………….."
JAKARTA
1minggu setelah pulang, aku hanya menyendiri di kamarku. Ayah ikut pulang denganku, tapi aku tidak menemukan kedamaianku. Bertambah satu beban fikirku yang bergeliat di alam bawah sadarku tiap malam mendengungkan apakah benar pria yang selama ini sempurna dimataku mampu berbuat seperti itu.
Bip..bip..
" haloo.. kenapa Rio?" aku memberanikan menjawab teleponnya "sudah ingat apa salahmu?" aku berteriak "aku sangat mengenalmu, dulu kau tak begitu. Kau bintang dihatiku jadilah yang kumau, tapi bukan ini yang aku mau"
"……………." Sunyi tak ada suara
"aku.. gak seperti yang kamu tuduh, pliss vio. Kamu gak tau kan rasanya bersama orang sakit selama 2 tahun. Aku berusaha menjadi seperti kamu, seorang malikat untuk orang lain. Tapi aku gak bisa, aku benar-benar mencintai kamu. Kamu ga bisa bayangin bagaimana berada dalam situasi yang penuh dengan tekanan setiap hari. Aku hampir gila."
Suara lirih Rio membuatku mulai melunak. Aku mendengarkan tiap kata-kata yang keluar dari bibirnya.
"Aku gak mau membuat kamu sedih dengan keadaan aku. 2 tahun lalu ketika aku baru di sidney, rasanya kamu tetap ada disamping aku, sampai beberapa hari aku sadar kalau kamu ga ada buat aku, aku coba melarikan diri dengan alkohol. Aku salah besar, karena alkohol itu aku bertemu clara di sebuah pub. She's nice girl. Aku conversation sama dia, terlihat biasa aja rambut bule mata biru dan hidung mancungnya membuat dia hampir mirip dengan kamu. Hubungan pertemanan itu berlamjut karena alkohol itu membuat aku larut, berhari-hari,minggu, dan bulan aku ga konsentrasi belajar hanya pub dan clara. Sampai suatu malam aku di pub itu dan clara terlihat sangat payah meminta aku mengantarnya pulang, aku bawa dia ke hotel karena aku ga yakin aku bisa bawa mobil dengan keadaan aku yang kacau. Ruangan yang nyaman dan keadaan kami.."
"OK stop sampai disitu. Aku... udah gak mau dengar" aku gak kuasa kalau aku mendengar sesuatu yang menyakitkan dari mulutnya.
"please, jangan buat aku jadi benci sama kamu, kamu harus tanggung jawab dengan segala yang kamu buat"aku menutup telpon
¢¢¢
Bulan ini mungkin yang terberat buat aku, akhirnya aku akan mengucapkan janji sakral yang akan ku pegang terus sampai akhir hidupku dengan seorang pria. Revan pria yang dipilihkan kakek untukku. Ternyata selama ini Revan tahu tentang ini, tapi dia inggin merahasiakannya karena tidak mau aku terpaksa menikah dengannya. Kalau ditanya apakah aku siap dengan ini, dalam hatiku mengatakan tidak, tapi aku wanita dewasa yang bisa menimbang keputusanku ini mungkin saja salah tapi aku berusaha sebaik mungkin untuk membahagiakan semua orang.
"vio, aku tanya lagi, apakah kamu siap menikah dengan ku" Revan terlihat tampan dengan setelan adat jawa itu mencoba melunakkan suasana tegang hatiku yang tak mampu ku sembunyikan.
"ya, aku berusaha untuk itu"kataku pelan sambil memasuki ruang mesjid itu.
"baiklah, apakah kedua mempelai telah siap untuk akad nikah?" seorang ustad mulai membacakan doa, dan air mataku mulai berlinang. Aku kembali mengingat keputusan melepaskan Rio untuk menikahi wanita itu, entah bagaimana kabar mereka sekarang, yang jelas mereka memiliki seorang anak lelaki bernama alviro. Terakhir aku bicara kepada Rio nama itu diambil dari namaku dan namanya. Sebulan setelah menikah, Rio bunuh diri karena depresi berat, dan disekitar tubuhnya tertulis namaku. Ironis memang, yang lebih tidak aku pahami adalah ternyata dari hasil tes DNA menunjukkan bahwa alviro bukan anak Rio.
¢¢¢
To : vioria-ria28@gmail.com
From : bulet_bgt@Sidney.net
Subject : the true is?
......ni muti, vi!! Aku mengucapkan happy wedding ya Bu!! Sekalian aku tulis ini untuk memberitahukan kejadian sebenarnya, cewek itu gila. Rio benar ternyata cewek itu sakit dan kakaknya menutupi hal itu, semua kebohongan itu terkuak setelah kematian Rio, berita di sini mengabarkan hal serupa. Seorang wanita gila telah membunuh seorang lelaki yang perawakannya mirip Rio, dan benar ternyata pria itu yang memperkosanya. Setelah berita itu cewek gila itu masuk rumah sakit gila. Pada saat yang bersamaan Rio meninggal.
Aku ga mau kamu terus menerus hidup dalam bayangan Rio, sekarang kamu harus pasrahin semuanya dan jalanin hidup baru..

Terimakasih untuk semua yang terjadi di hidup aku, terimakasih untuk suamiku saat ini yang mau menerimaku apa adanya walaupun bayang-bayang Rio masih ada di kelopak mataku sampai hari ini.

The End

Sabtu, 14 Maret 2009

first coretan gue tahun 2005

19.19 // by Unknown // // No comments


Aphrodite

"kenalin,nama gue Vanya, bintang capricorn. Hobby baca, nulis makan makanan pedes. Cita-cita gue banyak tapi takut disangka maruk akhirnya gue harus puas menjadi psikolog.Oke gitu aja deh,lain kali gue lanjutin lagi dengan syarat…."
"nggak janji lah"
Mungkin kesan cuek dan apa adanya didapat oleh anak II-B ketika Vanya memperkenalkan diri didepan anak basket.Vanya pindahan dari SMU Bandung, dan kebetulan bokapnya pindah ke Jakarta,cewek yang tingginya semampai ini(semeter tak sampai),punya tampang yang cukup manis,buktinya aja waktu doi lewat,anak-anak banyak yang suka……(suka nyambitin)
Pembawaannya juga cukup santai,dari wajahnya terlihat bahwa doi anak yang baek 'n tidak sombong.
"Hay,Van kenalin nama gue Robbie,gue kapten basket,kalo elo kesulitan menyesuaikan diri panggil gue aja,gue siap bantu kok!"Kata Robbie mengulurkan tangannya,Robbie adalah salah satu cowok terlaris di SMU X,jadi wajar Vanya mendapatkan pandangan jutek dari cewek-cewek yang laen.

Seminggu kemudian

Semua anak 'X' udah mulai kenal Vanya,karena semenjak doi masuk Osis 'n Basket doi selalu berkeliaran diantara kaum adam.
"Eh,jangan lupa Fina nungguin elo!"kata Jodi mengingatkan Vanya akan janjinya untuk menemui sobatnya itu.
"Thank U" Vanya berlari kecil.
"Sorry,Fin,lama yaa!tadi gue ketemu Robbie dilapangan."kata Vanya ketika udah ada dikantin
"Gimana kabar Robbie hari ini?"tanya Fina,selama seminggu ini memang Fina melakukan pendekatan ke Robbie,wajar sih setiap cewek suka sama cowok keren itu.Sebenanya sih Vanya naksir juga (gila aja cowok kece gitu dianggurin.Tapi Dia gak perlu cari-cari perhatian kayak ngelempar tissue dimukanya khan hanya untuk mendapatkan senyum dari Robbie)
"Dia sih fine aja,tapi bisa-bisa gue yang kesemsem sama doi nih,gue khan nggak kuat iman.Gimana coba kalo gue lepas kontrol"kata Vanya ke Fina,muka Fina langsung bermuram durja.Sebagai Info,Fina ini termasuk cewek yang agak pemalu,anaknya cukup cerdas dan cantik,tapi gak tau kenapa dia belum ada pacarnya.
"Wah,nggak usah bermuram durja gitu donk!muka lo udah jelek apalagi kalo dilipet empat gitu gue nggak bakal suka sama Robbie, coz he's not my type." Vanya jadi ngerasa bersalah gitu.
"Gue percaya sama 'lu,ya udah sana pergi ditunggu rapat khan lo?"
"Oh,iya aku lupa,rapat Pensi, thanks, yaaa"kata Vanya meninggalkan kantin"Eh tolong bayarin juga"
"Halo Rob,'lo dapet salam dari Fina tuh!"kata Vanya mendekati Robbie"salam balik nggak?"Tanya Vanya lagi.
"Ah,males kalo Cuma dapet salam, mendingan dapet salami, kenyang!"Robbie menjawab asal.
"Eh,tolongin gue donk,gue lagi jatoh cinta nih!"kata Robbie lagi 'n kali ini didengerin Vanya
"Elo jatoh cinta…sakit nggak?"
"Heh,serius dikit donk"kata Robbie merajuk"Apa yang harus gue lakukan nih?"
"Ok,siapa cewek itu,mungkin gue bisa bantu elo?"
"Ah,nggak usah.Gue hanya perlu masukkan dari elo"
"Masukan…masukkan apa?"kata Vanya dua-rius"percaya deh rahasia lo aman sama gue"
"pokoknya dia itu cewek yang elo kenal, anaknya baek alim 'n cantik lagi,dan tenar lagi."kata Robbie promosi.
"Wah….. kayaknya gue banget tuh!!"
"Kok tau sih!padahal gue kan belum Bilang apa2."Robbie menatap mata Vanya "Trus gue harus gimana donk?"
"Hah… Bercanda aja Lo!wah gue jadi tersandung gitu neh,"Vanya mencoba melucu ditengah rasa senangnya "Cewek itu pasti fina ya!Emang tuh anak juga naksir berat ama elo.Pasti doi seneng banget deh bisa jadian ma elo.Coz dia sobat gue,dan so pasti gue pengen dia bahagia."Sekali lagi Vanya menglihkan pembicaraan.Sedih rasanya gak bisa bilang kalo sebenarnya Vanya juga sayang sama Robbie.

PROM NIGHT

Tidak terasa setahun telah dilalui,tau-taunya udah malam prom,'n saat yang paling ditunggu oleh Fina dan Vanya untuk dapetin hati Robbie.Karena dalam hati Vanya yg paling dalam Ia memendam perasaannya itu hanya untuk sahabatnya,tapi doi terlalu munafik menolak cinta Robbie yang sudah dua kali menembaknya.Yaa,Vanya memang cewek yang pintar,ia berhasil menata perasaannya ketika malam itu Robbie dengan jas hitamnya mengajak Fina berdansa
"Ya udah sana gue lagi nunggu…Doni"kata Vanya mencoba tersenyum manis tapi Robbie melihat kilatan sendu diwajahnya,padahal Ia cukup rapi menata sikapnya.
"Van,gue pinjem bentar yaa!temen lo!!"kata Robbie meninggalkan Vanya.Malam itu memang malam yang berbahagia buat Fina,sahabat Vanya,Fina cewek yang baik 'n cantik.Sayangnya Vanya nggak cukup tega untuk merampas cinta yang memang miliknya dari awal.
"Heh,bengong aja?"Tiba-tiba Doni menepuk punggungnya.
"Woi cowok yang nggak kece denger yaa!elo tuh udah mengganggu lamunan gue"Vanya belum sempat menghapus tetesan air matanya.
"Hah,lucu juga,turun yuk?"
"nggak ah.Nggak bawa baju renang"jawab Vanya asal"nggak,males nih"
"Van,elo tau nggak kalo gue naksir berat sama elo."
"nggak tau tuh"
"Aduh,gue mau ngomong… I love you"
"Oh,I love you too, three, four "Desiran hati Vanya tentang Robbie mulai terhapus setidaknya untuk malam itu,Ia cukup Fun dengan kehadiran Doni.Tapi ternyata rencana Robbie untuk membuat panas hati Vanya tidak berhasil,karena terlihat suasana gembira antara Doni-Vanya.
Kalau saja Robbie tau Vanya menyembunyikan tangisnya di tiap senyumnya,dan setidaknya Vanya telah menjadi dewi cinta(Aphrodite)bagi Fina-Robbie.Walaupun Fina tau kalau disetiap Pandangan mata Robbie hanya tertuju pada cewek berbusana funky itu.
"Don,elo bahagia nggak kalo sobat 'lo bahagia?"
"Yoi donk!"
"Kok gue nggak bahagia yaaa!gue sedih karena harus kehilangan sesuatu"
"Khan sekarang ada gue yang selalu buat 'lo senang."kata Doni membelai rambut Vanya "khan gue pacar elo"
"Iya…don,thanks udah ada disamping gw saat ini!"
Kalau ada kontes sahabat terbaik didunia,gw pasti yakin kalo elo yang menang.Thanks banget untuk ngebuat gue bahagia malam ini,walaupun itu hanya sebuah memori sesaat yang indah sama Robbie.Setidaknya gue bisa mengecup kebersamaan sejenak sebelum dia pergi ke Sidney.Besok.
Muachhhhhh....
Akhirnya malam prom night itu membawa sejuta kenangan yang tak terlupakan,karena asyiknya Vanya bercanda,dia gak sadar saat Fina menyelipkan selembar kertas ke dalam tasnya.


Kadang tetes air mata kita dapat membuat bahagia orang disamping kita menjalani hari-demi hari,walaupun hal itu harus ditebus dengan sebuah pengorbanan hati, bukankah kita akan merasa bahagia bila disamping kita ada yang tertawa? Untuk seseorang disana yang selalu menjadi sang Aphrodite bagi teman-temannya,semoga kau temukan kembali cintamu suatu hari nanti,semoga hari itu…. esok!!!