• LinkedIn
  • Join Us on Google Plus!
  • Subcribe to Our RSS Feed

Kamis, 26 April 2012

Apa sih Haus palsu pada bayi dan penanganannya

01.00 // by Unknown // No comments



Taukah Bidan cantik frenz .....Ternyata setiap tangisan bayi belum tentu haus. Dalam keadaan gangguan tertentu bayi sering menangis dan rewel. Hal ini sering dianggap haus, padahal itu adalah tanda haus palsu.

Kekawatiran ASI kurang atau fobia ASI kurang adalah perasaan yang tidak benar pada ibu yang menganggap bahwa produksi ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi. Keadaan ini terjadi karena adanya gejala-gejala tertentu pada bayi yang masih dianggap haus, padahal bayi sudah minum banyak.
Gejala ini cukup menyesatkan dan dianggap bahwa bayi masih kurang minum sehingga pemberian susu formula ditambahkan. Pada akhirnya hal inilah yang seringkali menggagalkan program ASI eksklusif.

Manifestasi “haus palsu”
Beberapa gejala pada bayi yang timbul bukan karena rasa haus dan lapar dapat disebut gejala palsu. Gejala ini seringkali timbul karena ada yang dirasakan tidak nyaman pada tubuh bayi, khususnya ketidaknyamanan saluran cerna.

Gejala yang timbul biasanya tampak bila bayi minum susu terburu-buru, tidak sabar, seringkali minta minum (kurang dari
satu setengah jam) atau sering ngempeng.

Gejala lain adalah gerakan mulut seperti mau minum atau bila pipi atau bibir disentuh seperti mau minum. Reflek mengisap pada bayi sangat tinggi, terutama pada bayi dengan gangguan hipersesitivitas. Hal ini belum tentu tanda haus.
Keadaan gejala haus palsu ini seringkali mengakibatkan kegagalan program ASI eksklusif. Ibu sering merasa letih dan kurang tidur karena tampak bayi sering minta minum dan hanya terus ngempeng (tidak menyedot) puting susu. Akhirnya, karena kondisi tersebut keputusan pemberian susu formula dilakukan.
Ketidaknyamanan pada bayi ini seringkali terjadi karena rasa sakit atau gangguan pada saluran cerna bayi. Keadaan ini sering terjadi karena imaturitas saluran cerna pada bayi masih belum sempurna. Biasanya dengan pertambahan usia terutama di atas usia 3 bulan gangguan ini akan membaik. Gangguan tersebut sering terjadi pada penderita dengan bakat alergi dan hipersensitif.

Gangguan pada saluran cerna dapat dianggap sebagai penyebab bila terjadi gejala bayi sering muntah atau gumoh, kembung, hiccup (cegukan), buang angin keras dan sering, sering rewel gelisah (kolik) terutama malam hari, BAB lebih dari 4 kali perhari, BAB tidak tiap hari. . Kadang disertai hernia umbilikalis (benjolan pada pusar/”bodong”) bahkan juga hernia scrotalis, inguinalis karena sering ngeden.

Gangguan saluran cerna karena alergi ini biasanya semakin meningkat saat malam hari. Pola diurnal malam hari ini juga terjadi pada gangguan alergi lainnya seperti napas grok-grok, batuk, asma, hidung buntu dan sebagainya. Pola ini juga berkaitan mengapa bayi sering rewel malam hari dan mengapa bayi lebih sering minta minum malam hari.
Gangguan saluran cerna ini disertai lidah timbul putih seperti jamur dan bibir kering. Gangguan saluran cerna tersebut seringkali disertai gangguan hidung dan kulit. Meskipun sangat jarang sebagai penyebab tetapi popok basah, kedinginan atau udara panas bisa mengakibatkan gejala haus palsu ini timbul.

Selain gejala haus palsu juga didapatkan tanda haus palsu. Tanda ini adalah gerakan dan tanda pada bayi yang sebenarnya tidak berhubungan dengan rasa haus pada bayi, tetapi dianggap bayi kurang minum.
Tanda tersebut diantaranya adalah reflek sucking (bila disentuh pipi mulut mengikuti tangan seperti ingin dihisap) yang berlebihan, lidah sering menjulur-julur, memasukkan tangan ke mulut, timbul gerakan mengecap pada mulut bayi dan sebagainya. Tanda tersebut bukan merupakan rasa haus, dapat dilihat setelah minum banyak tanda tersebut masih sering dilakukan oleh bayi.

Pada keadaan gejala haus palsu dan tanda haus palsu biasanya bayi mengalami overfeeding. “Overfeeding” adalah bayi mendapatkan jumlah ASI melebihi kebutuhan normal nutrisi pada bayi, sehingga berat badan bayi tampak meningkat pesat. Biasanya berat badan bayi bertambah melebihi 750 gram dalam 2 minggu.

ASI eksklusif penuhi kebutuhan nutrisi bayi
Badan Kesehatan Dunia (WHO), Organisasi Pangan Sedunia (FAO), British Nutrition Foundation, ESPGAN (European Society for Pediatric Gastroenterology and Nutrition) merekomendasikan pemberian ASI selama enam bulan pertama setelah kelahiran. Selama itu, bayi tidak perlu mendapatkan makanan dan minuman apa pun selain ASI.

Secara alamiah, ASI diproduksi dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan bayi. Informasi mengenai jumlah kebutuhan ASI diperoleh melalui mekanisme pengosongan tempat penyimpanan ASI yang berada di bawah areola (bagian payudara yang berwarna gelap). Sistem produksi ASI sedemikian teratur dan sudah dipersiapkan sejak ibu dinyatakan hamil. Jadi sangat kecil kemungkinan jumlah produksi ASI tidak sesuai dengan kebutuhan bayi.

Berbagai penelitian menunjukkan, ASI sudah bisa mengenyangkan dan memenuhi nutrisi bayi. Kandungan ASI terdiri dari dua jenis air susu, yaitu foremilk dan hindmilk.
Foremilk adalah ASI yang diproduksi pada proses awal menyusui, diproduksi dalam jumlah banyak dan mengandung protein dan laktosa, tapi kadar lemaknya rendah hanya 1-2 gram/dl atau sama dengan 1-2 gram per 100 ml. Kadar air dalam foremilk cukup tinggi sehingga dapat memenuhi kebutuhan cairan bayi. Jadi ia tidak akan merasa haus meski tidak diberi air minum.
Hindmilk adalah air susu yang diproduksi pada akhir proses menyusui. Kadar lemaknya cukup tinggi 3 kali dibandingkan foremilk tapi jumlahnya lebih sedikit. Karena itu, warna jenis susu ibu ini lebih putih dibandingkan foremilk. Tingginya jumlah lemak dalam hindmilk akan memenuhi kebutuhan kalori dan rasa kenyang pada bayi.

Tanda ASI sudah cukup

Beberapa tanda yang menunjukkan bahwa ASI cukup memadai. Di antaranya adalah waktu menyusui tidak terlalu lama atau tidak lebih dari 30 menit. Dalam waktu tersebut bayi sudah dapat mengisap foremilk dan hindmilk yang diproduksi.
Bayi yang mendapatkan ASI memadai umumnya lebih tenang, tidak rewel dan dapat tidur pulas. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif dalam jumlah memadai biasanya tidak terlalu sering menyusui.
Umumnya jarak menyusui sekitar 2 - 3 jam, pada bayi tertentu yang mempunyai kemampuan minum yang tidak banyak biasanya interval tersebut menjadi lebih sering sekitar satu setengah hingga 2 jam.
Bila kurang dalam waktu satu setengah jam sudah minta minum, maka mungkin saja bayi bukan karena haus. Bila digendong dan diayun bayi bisa tampak tenang maka ASI sudah cukup.
Tanda pasti bahwa ASI memadai dapat terlihat pada penambahan berat badan bayi yang baik. Dalam keadaan normal usia 0 - 5 hari biasanya berat badan bayi akan menurun. Setelah usia 10 hari bayi akan kembali seperti saat lahir. Setelah itu, setiap 2 minggu dalam bulan pertama sebaiknya bayi ditimbang, dalam keadaan ASI cukup bila berat badan naik 500 gram dalam 2 minggu.
Pada bayi tertentu yang mempunyai resiko gagal tumbuh (failure to thrive) biasanya pertambahan berat badan 400 gram dalam 2 minggu. Pada kasus ini belum berarti menunjukkan ASI kurang. Bayi berisiko gagal tumbuh biasanya terjadi pada bayi dengan gangguan saluran cerna (penyakit celiac dll), dan sebagian kecil disebabkan karena gangguan metabolisme, endokrin, hormonal dan sebagainya.

Ciri khas bayi seperti ini adalah bila minum tidak lama dan lebih sering. Biasanya tampak gangguan saluran cerna seperti sulit BAB, berak hijau dan anak sangat aktif bergerak.

Penanganan

Bila didapatkan tanda dan gejala haus palsu tersebut, maka harus dipastikan bahwa keadaan itu bukan karena haus. Bila setelah minum banyak kurang dari satu setengah jam kemudian bayi menangis coba gendong bayi dan timang-timang dulu. Bila tangisan berkurang, maka memang bayi memang bukan hendak minum.
Jika masih rewel, maka harus dicermati apakah produksi ASI memang kurang. Bila dianggap produksi ASI tidak memadai perlu dilakukan pendekatan untuk mencari penyebabnya, kalau perlu dikonsultasikan ke dokter.
Imaturitas saluran cerna biasanya akan bertahap membaik di atas usia 3 - 6 bulan. Sebelum dalam keadaan membaik gejala alergi yang mungkin dianggap sebagai penyebab harus diminimalkan.
Penyebab alergi makanan yang sering terjadi adalah pengaruh diet yang dikonsumsi ibu. Beberapa jenis makanan yang dikonsumsi ibu dapat mempengatuhi bayi. Pada beberapa bayi, penghindaran makanan tertentu pada diet ibu seperti kacang-kacangan, ikan laut dan buah-buahan tertentu ternyata dapat meminimalkan keluhan.
Penghindaran makanan yang bergizi tersebut harus diganti makanan lainnya seperti kacang kedelai, ikan air tawar, ikan salmon, apel, pepaya, wortel dan sebagainya sehingga kualiotas ASI tidak terganggu.
Pemantauan akan lebih baik kalau ibu juga mengalami gejala alergi pada kulit dan saluran cerna. Bila ibu mengalami gangguan pada kulit berupa jerawat, kulit timbul bintik atau gatal di tangan, kaki atau sekitar mulut. Dan, disertai gangguan saluran cerna seperti nyeri perut, mual, konstipasi atau diare maka bayi yang disusui juga akan terjadi peningkatan gangguan.

Tip untuk menambah jumlah ASI

  • Jangan memberikan susu formula atau alat bantu puting susu karena akan mengakibatkan bingung puting. Lebih sering bayi mengisap puting susu, maka akan meningkatkan produksi ASI.
  • Cobalah menyusui dengan payudara pertama selama kurang lebih 10 menit, kemudian payudara kedua selama kurang lebih 20 menit, karena saat awal bayi lebh kuat menyusu,
  • Ibu harus tenang, santai, jangan tegang (stres) dan dalam suasana yang nyaman. Ketegangan dan kecemasan     akan mengurangi produksi ASI.
  • Menyusui dimulai dari payudara yang terakhir disusukan secara berganti-ganti
  • Ibu harus banyak beristirahat, cukup gizi makanan dan banyak minum
  • Hindari merokok karena merokok mengurangi produksi ASI.
  • Gunakan pil KB yang tidak memengaruhi produksi ASI.

dikutip dari dr Widodo judarwanto SpA. Picky Eaters Clinic Jakarta (Klinik Khusus Kesulitan Makan Pada Anak)

Semoga bermanfaat ...

0 komentar:

Posting Komentar